Perceraian yang dilakukan oleh orangtua pasti akan berdampak pada anak-anaknya. Tapi studi terbaru menunjukkan efek perceraian akan lebih mempengaruhi anak laki-laki dibanding perempuan.
Anak laki-laki yang belum berumur 18 tahun biasanya lebih terpukul menghadapi perceraian orangtua dan lebih besar berpikir untuk melakukan hal-hal negatif.
Studi yang dilaporkan dalam jurnal Psychiatric Research mencatat anak laki-laki yang kurang 18 tahun berpikiran ingin bunuh diri 3 kali lipat ketika orangtuanya bercerai. Sedangkan perempuan hanya 2 kali lipat yang berpikiran seperti itu.
Selama ini diketahui bahwa perceraian kemungkinan memiliki dampak yang lebih besar pada anak perempuan dibanding laki-laki karena perempuan cenderung lebih rentan terhadap pikiran depresi dan bunuh diri. Namun hasil studi justru menunjukkan hal sebaliknya.
Dr Esme Fuller-Thompson dari University of Toronto menuturkan dalam kebanyakan kasus perceraian, seorang ibu memperoleh hak asuh terhadap anak-anaknya dan kurang melakukan kontak teratur dengan ayahnya. Kondisi ini akan mempengaruhi emosional dan juga perkembangan anak terutama bagi anak laki-laki.
"Hilangnya peran laki-laki untuk anak akan mempengaruhi kesejahteraannya. Figur ayah yang positif sangat penting bagi anak laki-laki dalam hal mengembangkan identitas gender, belajar cara mengatur emosi dan meningkatkan kesehatan mentalnya," ungkapnya, seperti dikutip dari NYTimes, Rabu (26/1/2011).
Dr Fuller-Thompson menambahkan umumnya anak laki-laki lebih banyak bungkam dan menyimpan sendiri kesedihannya, sedangkan anak perempuan lebih mungkin untuk mengungkapkannya.
Selain itu laki-laki cenderung enggan untuk meminta bantuan sehingga ia lebih rentan terhadap penyalahgunaan narkoba atau pikiran bunuh diri.
"Laki-laki selalu disosialisasikan untuk menjadi kuat dan bukan untuk menunjukkan kelemahan atau perasaannya, karenanya ia lebih banyak diam," ujar Dana Alonzo, asisten profesor dari Columbia University School of Social Work.
Efek dari perceraian yang dilakukan oleh orangtua bisa berpengaruh terhadap anak-anak, seperti menimbulkan stres, kesehatan fisik dan mental yang memburuk, kesulitan di sekolah dan berpengaruh pada penurunan potensi penghasilannya saat dewasa. Selain itu anak-anak dari perceraian cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap pernikahan.
Anak laki-laki yang belum berumur 18 tahun biasanya lebih terpukul menghadapi perceraian orangtua dan lebih besar berpikir untuk melakukan hal-hal negatif.
Studi yang dilaporkan dalam jurnal Psychiatric Research mencatat anak laki-laki yang kurang 18 tahun berpikiran ingin bunuh diri 3 kali lipat ketika orangtuanya bercerai. Sedangkan perempuan hanya 2 kali lipat yang berpikiran seperti itu.
Selama ini diketahui bahwa perceraian kemungkinan memiliki dampak yang lebih besar pada anak perempuan dibanding laki-laki karena perempuan cenderung lebih rentan terhadap pikiran depresi dan bunuh diri. Namun hasil studi justru menunjukkan hal sebaliknya.
Dr Esme Fuller-Thompson dari University of Toronto menuturkan dalam kebanyakan kasus perceraian, seorang ibu memperoleh hak asuh terhadap anak-anaknya dan kurang melakukan kontak teratur dengan ayahnya. Kondisi ini akan mempengaruhi emosional dan juga perkembangan anak terutama bagi anak laki-laki.
"Hilangnya peran laki-laki untuk anak akan mempengaruhi kesejahteraannya. Figur ayah yang positif sangat penting bagi anak laki-laki dalam hal mengembangkan identitas gender, belajar cara mengatur emosi dan meningkatkan kesehatan mentalnya," ungkapnya, seperti dikutip dari NYTimes, Rabu (26/1/2011).
Dr Fuller-Thompson menambahkan umumnya anak laki-laki lebih banyak bungkam dan menyimpan sendiri kesedihannya, sedangkan anak perempuan lebih mungkin untuk mengungkapkannya.
Selain itu laki-laki cenderung enggan untuk meminta bantuan sehingga ia lebih rentan terhadap penyalahgunaan narkoba atau pikiran bunuh diri.
"Laki-laki selalu disosialisasikan untuk menjadi kuat dan bukan untuk menunjukkan kelemahan atau perasaannya, karenanya ia lebih banyak diam," ujar Dana Alonzo, asisten profesor dari Columbia University School of Social Work.
Efek dari perceraian yang dilakukan oleh orangtua bisa berpengaruh terhadap anak-anak, seperti menimbulkan stres, kesehatan fisik dan mental yang memburuk, kesulitan di sekolah dan berpengaruh pada penurunan potensi penghasilannya saat dewasa. Selain itu anak-anak dari perceraian cenderung memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap pernikahan.
0 komentar:
Posting Komentar